Powered By Blogger

Selasa, 26 April 2011

Cerita Dewasa Baru – Asisten Muda yang Nakal dan Binal

Cerita Dewasa Baru – Asisten Muda yang Nakal dan Binal

Cerita Dewasa ini dimulai dari saya yang suka dengan asisten dosen saya yang masih muda nakal dan binal sekali dalam urusan seks. Saya seorang karyawan di Bank yang ada di kampus (di sebuah universitas). Saya mempunyai pengalaman yang tak akan saya lupakan. Saya telah menyetubuhi seorang asisten dosen wanita. Jika dilihat, diri saya juga nggak kalah dengan mahasiswa di kampus ini. Saya juga masih muda dan berbadan tegap. Saya memang menyukai asisten dosen itu, saya memang suka dengan wanita yang agak kurus, tinggi, tetapi secara proporsional “lengkap” baik ukuran payudara maupun pantatnya. Pantatnya tidak terlalu besar namun sesuai dengan pinggangnya, wajahnya seperti anak-anak, namun menunjukkan kecerdasan, dan kecerdasannya itulah yang membuatku cukup bernafsu untuk memberinya kepuasan dan membuatnya lemas dalam kepuasan.
Cerita Dewasa Seks begini. Sewaktu itu saya pulang kerja pada jam lima sore, saya lihat dia sedang menunggu hujan agak mereda pada hari itu, kita mengobrol karena dia dan aku searah. Saya ditawari untuk ikut serta dengan mobilnya. Di mobil kami bercerita tentang segala macam. Saya merasa ingin sekali bercerita terus. Singkat cerita mobil yang membawa kami telah tiba di sebuah perempatan di mana saya harus turun, tetapi di luar masih hujan, dia memaksa untuk dapat mengantarkan saya sampai rumah karena jaraknya agak dekat. Tiba di rumah saya menawarkannya untuk masuk, dia akhirnya mau dengan keperluan untuk meminjam kamar kecil yang kemudian saya mengetahuinya digunakan untuk mengganti panty shield. Cerita Seks
Singkat cerita, mungkin setelah tertarik kami saling bertatap-tatapan di depan kamar mandi setelah dia selesai dari kamar mandi, aku langsung menerjang bibirnya. Kuhisap mulut dan bibirnya yang lembut, tercium aroma tubuhnya white musk, tanganku bergerak merangkulnya dia memegang bahu dan otot bisep dan trisepku. Rupanya dia juga tertarik dengan tubuhku yang atletis, karena rambutnya sebatas leher, kusibakkan rambutnya ke belakang sehingga bisa kulihat belakang kupingnya dan tengkuknya. Lalu kutarik perlahan hisapan mulutku pada bibirnya, dia menampar lalu kucium leher pada bagian bawah lehernya. Rupanya dia sungguh menikmatinya. Perlahan jari-jemarinya membuka kancing bajuku lalu tangannya masuk di sela-sela dan mengelus dadaku, terasa jantung dan darahku mendesir, sementara keadaan di luar rumah hujan dan dingin.

Tangan kananku mencoba mencari ritsluiting roknya di bagian belakang roknya. Setelah kutemukan, kuturunkan perlahan, tangan kirinya kemudian memegang tanganku sebagai tanda tak setuju. Tetapi karena itu kupindahkan lagi bibirku untuk kembali mencium dalam-dalam bibirnya yang tipis itu. Nafas menderu dan berdesah, sementara semakin rapat saja payudaranya menekan dadaku. Kali ini berhasil kuturunkan ritsluiting roknya, kemudian ia melangkahi keluar dari lingkaran roknya yang telah turun ke lantai.
Lama juga aku mencium gadis ini, mungkin ada hampir 3 sampai 10 menit kemudian aku menatap matanya. Tak ada keraguan dari dirinya, kemudian kuangkat dan kugendong dia ke kamar, sampai di kamar kutaruh dia perlahan ke tempat tidur. Sementara kuturunkan celana panjangku. Kupeluk dia, kucium rambutnya sementara kubuka baju kemudian kaus dalamnya, kulihat kulitnya putih sekali. Kemudian ia mengisyaratkan aku untuk menggunakan kondom, tetapi aku tidak punya, kemudian ia menepuk pipiku dan menarik pipiku sampai mulutku monyong. “Gue nggak mau resiko, dasar anak nakal”, kemudian dia keluar kamar sambil hanya mengenakan pakaian dalam. Kemudian dia kembali sudah membawa beberapa kondom yang salah satunya sudah dia buka dengan cara digigit di depanku. Kemudian dia duduk di pahaku, sementara aku sudah telentang.
Dia mengamati bentuk penisku yang agak kentara, karena sudah agak mengeras di dalam celana dalam. Dia memainkan kuku telunjuknya mengikuti bentuknya dan mengelusnya perlahan. Sementara aku menarik CD-ku agak turun. Sehingga kini tegaklah penisku dengan perkasa dan ia tertawa melihatnya. Dia memegang batang penisku dengan tangan kirinya dan mengelus-elusnya perlahan. Aliran darah menuju penisku semakin bertambah tegangnya, sehingga terlihat urat-urat di sekitar batangnya. Lalu tanganku ditariknya untuk memegang penisku sementara dia memasangi kondom itu dengan kedua tangannya. Maklum penisku diameternya hampir sama dengan botol Aqua Rp 1000-an, namun panjangnya hampir sama dengan botol Aqua yang Rp 1500-an. Akhirnya usaha untuk memasukkan kondom itu berhasil lalu dia bergerak maju dan agak berdiri setengah jongkok. Kemudian aku mengarahkan kepala penisku yang terselaputi itu ke arah lubang vaginanya. Dia tidak membuka celana dalamnya, dia hanya menyampingkan sedikit bagian bawah celananya, tetapi dia menarik panty shield-nya dan membuangnya ke lantai. Dia turun sedikit sehingga kepala penisku terbenam pada bagian kemaluannya. Agaknya dia berteriak tertahan dan berdesis, “Sshh.. ahkk”, sepertinya memang agak rapat otot-otot kewanitaannya.
Dia bangun lalu menyuruhku untuk melakukan petting kembali. Tangannya menarik tanganku untuk meremas-remas payudaranya yang memang agak kecil dan bila ia tiduran tambah tidak terlihat tetapi tetap saja membuatku bertambah nafsu melihat ekspresi wajahnya. Sementara kudekatkan wajahku untuk mencium bibir dan lehernya. Tangan kiriku bergerak turun ke balik celana dalamnya yang berwarna putih. Kuikuti alur garis bibir kemaluannya turun kemudian ke atas agak menyelip masuk sedikit ke dalam, kemudian naik ke atas agak di atas liang kenikmatannya. Kucari benjolan kecil yang kemudian dapat kusentuh-sentuh dan kugerak-gerakkan, seiring itu dia bergerak-gerak tanpa sengaja dia menggigit bibirku, aku menarik wajahku dengan reflek. Tanganku yang tadinya kugunakan untuk meraba payudaranya, kugunakan untuk menarik bibirku agar terlihat dengan mataku, “Sorry nggak sengaja”, katanya.
Langsung saja kutarik celana dalamnya turun sampai ke betis, lalu kulihat bagaimana kemaluannya masih ditumbuhi bulu yang tidak terlalu lebat, halus namun merata. Lalu warna merah jambu bibir kemaluannya dengan bagian pantat yang tidak gemuk ia terlihat seperti anak-anak. Langsung saja kutindih tubuhnya namun kujaga agar ia tidak langsung kaget menerima beban tubuhku. Kepala penisku kuarahkan ke arah bagian kemaluannya, tetapi aku kembali menciumi bibirnya dengan bibirku yang agak berdarah. Agak asin kurasakan kini, waktu itu penisku tidak masuk melainkan kegesek di luar saja kemudian kuangkat pantatku dan kulebarkan pahanya.
Sementara tangan kananku meraih bantal dan kuletakkan dibawah pinggang Desy, (oh ya namanya Desy) sehingga agak terangkat. Kemudian kuarahkan masuk kepala penisku sedikit demi sedikit kurasakan hangatnya “di kedalaman”. “Aakh.. shh..” aku atau dia yang berdesis, aku sudah tidak ingat. Tak sampai penuh masuk, kutarik lagi penisku dan kulebarkan kembali pahanya dan kumasukkan kembali penisku dengan agak memaksa. “Oouch”, ujarnya. Kutarik ke atas pantatku kemudian kubenamkan kembali penisku setelah beberapa kali terulang kutarik agak keluar dan kemudian kudesak sangat dalam sampai pangkal atau buah zakarku tertekan pada lubang duburnya.
Selama kejadian itu berlangsung tangan dia memelukku dengan erat namun seakan melemah ketika pinggangku kuangkat naik. Saling tarik nafas terjadi bagai sebuah kancah berebut oksigen sehingga beberapa menit kemudian desakan dari dalam tak bisa kutahan dan kulepaskan saja semuanya. Nafasku terengah-engah, putus-putus, tak lama kemudian aku merasakan rasa tolakan serta desakan yang kuat dari dalam vagina Desy. Keringat dingin terasa di tubuhku dan kejang-kejang serta ekspresi lain yang tak kuingat dan kulihat karena aku merem menyertai pada diri desy. “Ooohh.. shh”, kemudian dia memelukku erat walaupun terasa desakan dari dalam kuat tetap saja tak mampu mengeluarkan penisku, malah jadinya kutekan sekuatku ke dalam. Lalu tak terasa aku tertidur lemas sampai akhirnya ia menggeserku agar pindah dari atas tubuhnya. Penisku terangkat dan bersandar di pahanya. Kuberikan isyarat untuk mencopot kondomnya, ia kemudian melakukannya. Kupegang penisku dan kugerak-gerakkan, “Berani nggak?” kutanya. Begitu penis itu dipegangnya ia baru terkena di bibirnya dan terjilat sekali, dia kemudian muntah di lantai. “Pusing ah..” iya memang karena seharian kerja aku juga sempat kunang-kunang, setelah mencapai klimaks.
Singkatnya hubungan itu kami lanjutkan sampai sekarang, dan kita sama-sama memuaskan satu sama lain. Tetapi kasihan dia sepertinya capai. Akhirnya tetap saja kupandangi dengan suatu keinginan ke arah bagian belakang pantat mungilnya itu ketika ia berbalik arah untuk pergi.


dipostkan dan dibuat oleh

http://www.ceritadewasaseks.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar